Rabu, 24 April 2013

Mama~

aku terpaku
kala mereka menguntai kata yang tak pernah ku tau
 namun aku tak terdiam
meski aku menunggu dalam malam

terkunci dalam dimensi khayalan
aku berandai sebuah pelukan dan senyuman
 aku tau jarak tak pernah menjauhkan
lalu mengapa kita saling berjauhan?

mama...
aku sudah tak berdaya, aku sudah tak mempunyai
tapi mengapa engkau tak percaya
aku selalu terjatuh,
tapi kau semakin menjauh

mama...
aku takkan pernah mengerti cinta
sebelum kau yang mengajarkannya

aku akan tetap menanti walau
aku tak pernah meminta

dan saat tulangku tak mampu menopang lagi
saat nafas perlahan menyaru
saat bibir dan mataku mulai mengatup
aku hanya ingin mati dalam pelukanmu, mama

Berkalut

rintik pun takkan membasahi
jiwaku terlalu kering
biar siang tak berganti malam
mata dan hatiku tetap berada dalam gelap

emosi bagai sulut api
begitu labil layak kaum tak bertuhan
untaian cerita membuat derita
hati tak tau bertaut kepada siapa

apa mesti ku tenggelam dalam tangis
apa harus ku terbakar dalam kalap 
aku ingin dapat melihat
aku tidak ingin lagi buta
      

Fiksi Hijau

batang kering dahulu asing
hujan dulu belahan jiwa
hutan hijau cerita kami
khayalan fiksi anak cucu kami

batang kering dahulu asing
hutan hijau kini telah terasing
petinggi langit beradu kaki
usir hutan tanpa iba

kini hutan tampak fiksi
rindu hutan dalam kelopak mata

Derita

peluh lesuh ku lap
sengat siang siang tak terhirau
ribuan kini jadi keharusan
hidup ini hanya tentangnya

 gelap malam pun tak terelak
derap tuju menguai derita
haus nafsu emas berantai
tak sepadan dengan alasku
 

dentingan

denting tak berujung
ketika kapal bersauh
dulu diri seakan di palung
kini senyum menatap jauh

denting tak berujung
denting tak berujung

satu jaman bukan cerita
sosok pria dalam idaman
hati terpaut alam cinta
cinta berujung dalam pelaminan.

Satu, aku

Dalam lihatku, aku berusaha menepis sakit
berusaha untuk tidak menguntai air mata
sendiri dalam derai rintikan
aku buta di tengah keramaian

pasti
hujan akan memelangikan diriku
membungkus dari kehampaan
dalam sayup-sayup ku menangkap suara
ada sosok yang mengasihiku

namun apa?
kesendirian yang hanya diwariskan kepadaku
aku sakit! namun harus rela
aku sedih... namun harus setia
aku sudah letih meski harus tetap melangkah

udara-udara kotor mengepul di ruangku
puluhan lalat pertanda keelokkanku
dan mulut-mulut picing itu selalu menyebutku sebagai kotoran kota
hanya bintang-bintang memudar yang menemaniku dalam ruangan tak berkabin

namun bintang pun tak sesetia itu
belenggu jiwa-jiwa yang haus akan kenyamanan
tersirat oleh tatapan-tatapan iri
rintihan kecil tak jarang terdengar dari alat ucapku

Rabu, 23 Januari 2013

Goresan Kecil...

Tertimpa sesak penuh kenangan indah, mata hanya menatap lurus ke dalam jiwa yang selalu sepi.
Raga tak pernah berpura-pura baik jika saja air dapat terbendung tiada mengalir.
Namun bagiku, bukan kenangan yang menggoreskan sayatan-sayatan luka kecil perih di hati.
Bukan pula seseorang yang yang akan ku salahkan atas semua penderitaan yang akan ku tanggung nantinya.
Semua asa yang ku idamkan ini memang salah ku, kebodohanku.
Pernahkah salah satu di antara kalian menunggu hal yang tak mungkin terjadi akan terjadi?
Ya. Aku menunggu.
Aku rela mengorbankan siapapun dan apapun demi yang ku tunggu walau sebenarnya aku pun tau, ia tak akan terwujud.
Lama. Terlalu lama
Lelah. Sangat lelah
Luka. Terluka lagi
Berkali-kali aku jatuh saat aku menunggu
Selalu kau campakkan dan kau buang. Seakan tiada berarti puing-puing hati ini bagimu
Lantas, sesamar apakah diriku bagi mata dan hati mu hingga aku tidak terlihat olehmu?
Aku seperti menunggu bayang-bayang yang berlalu-lalang di hadapanku dalam kegelapan.
Apa yang aku tunggu? Apa yang aku inginkan?
Tak ada secercah harapankah bagi penantian-penantianku yang sia-sia ini?
Hahaha pasti tidak ada lah!
Mengapa?
Karna kini saat semuanya telah terjadi, saat aku menunggu harapan ku
Aku terlalu lama menunggu. Aku terlalu lelah menunggu. Aku terluka saat menunggu.
dan ketika kau hadir di sini di hadapanku ingin membuka lembar baru, aku tidak bisa.
Aku sudah senang untuk menunggu mu saja. Hanya menunggu mu.
Menunggu yang akan selalu menambah goresan kecil di hati ini, yang selalu mencintai kamu.